Ticker

6/recent/ticker-posts

SEMPAT ADA YANG MELINTAS DI DEKAT SAMPAN SEBELUM TERBALIK, BEGINI PENUTURAN SAKSI PERISTIWA NAHAS DI PULAU LENGKUAS

Kondisi sesaat setelah sampan terbalik.

TANJUNGPANDAN, SATAMEXPOSE.COM – Peristiwa laka laut terbaliknya sampan di perairan Pulau Lengkuas, Desa Keciput, Sijuk, Belitung, Sabtu (8/6/2019) sore lalu masih menyisakan duka.

Satu orang meninggal dunia dalam peristiwa nahas tersebut, beberapa lainnya harus mendapatkan perawatan di UGD RSUD dr H Marsidi Judono termasuk bocah perempuan berusia 2,5 tahun, Kienta.

Salah satu saksi mata Adriyan mengungkapkan dirinya berada di lokasi kejadian saat sampan terbalik. Tepatnya di atas perahu wisata yang akan dituju sampan dan melihat detik-detik terbaliknya sampan.



Adriyan memaparkan, ia tak menyangka kejadian nahas menimpa keluarga besarnya saat berwisata ke Pulau Lengkuas. Berangkat ke pulau sekitar pukul 10.00 WIB dari Pantai Tanjung Kelayang, semua terlihat biasa dan baik-baik saja.

Bahkan hingga sampai di perairan Pulau Lengkuas semua berjalan normal, namun perahu wisata yang ditumpanginya tak bisa merapat ke bibir pantai lantaran air laut surut.

“Boat jauh dari pantai, masih di laut dalam. Warna airnya gelap. Mulai pasang sekitar jam empat sore, jadi boat nggak merapat,” sebut Adriyan kepada SatamExpose.com, Senin (10/6/2019).



Pria yang merupakan ayah balita yang menjadi korban selamat Kienta ini memilih tetap berada di perahu wisata saat keluarga besarnya melakukan kegiatan di Pulau Lengkuas.

Warga Desa Tanjung Binga ini memancing di atas perahu wisata hingga keluarga besarnya kembali ke perahu. Namun sebelum mencapai perahu wisata yang ditumpanginya, sampan tersebut terbalik.

Sampan tersebut bermuatan 25 orang termasuk dua operator sampan saat terbalik. Faktor kelebihan muatan menjadi dugaan penyebab laka laut tersebut. Adriyan menambahkan, gelombang yang dihasilkan perahu kecil yang melintas juga memicu sampan oleng dan terbalik.
“Aku loncat dari boat nolong mereka, untuk ada kawan juga nolongin anakku (Kienta, red). Kejadian sekitar jam tiga lewat seperempat (15.15 WIB). Barang-barang jangan ditanya, apalagi Hp,” sebut Adriyan.

Beberapa perahu wisata yang berada di lokasi ikut menolong para korban dan membawanya ke Tanjung Binga dengan pertimbangan lebih dekat menuju darat. Para korban lalu dilarikan ke Puskesmas Tanjung Binga.

Satu korban meninggal dunia dalam peristiwa ini, yakni kakek buyut dari balita yang berhasil selamat Kienta. Sedangkan empat orang lainnya harus dilarikan ke UGD RSUD dr H Marsidi Judono.



Kienta sempat tak sadarkan diri usai peristiwa tersebut. Namun akhirnya ia sadar dan selamat. “Begitu sadar, dia (Kienta, red) bilang ‘Yah, aik mancit’ (Yah, airnya  muncrat),” tambah Adriyan.

Tarif Rp 5 Ribu

Kehadiran sampan di perairan Pulau Lengkuas menjadi pertanyaan sebagian masyarakat. Pasalnya pada hari-hari biasa, tidak terlihat sampan di lokasi wisata yang menjadi ikon Belitung ini.



Adriyan mengatakan, wisatawan yang berlibur ke Pulau Lengkuas harus menaiki sampan setelah perahu wisata berhenti di luar pulau. Para wisatawan ini disambut ojeg sampan yang berjumlah sekitar 8 buah.
Untuk mendapatkan jasa antar dari perahu wisata ke bibir pantai atau sebaliknya, pengunjung dikenai biaya Rp 5 ribu perorang. Setiap sampan dioperasikan dua orang yang siap melayani wisatawan.

“Disana ada tujuh sampai delapan sampan. Itu punya beberapa orang, ada yang satu orang punya dua. Mereka berebut penumpang,” jelas Adriyan.



Menurut Adriyan, keluarganya sempat keberatan saat operator sampan meminta semua penumpang naik. Namun operator sampan meyakinkan bahwa sampan tersebut biasa membawa barang dan ikan seberat 3 ton.

“Kalau diangkut dua kali, otomatis penumpang ini direbut sampan lain. Makanya dia (operator sampan, red) mau sekali angkut,” tambah Adriyan. 

Adriyan menilai, kondisi sampan juga tak layak untuk melayani pengangkutan wisatawan. Hal ini karena sampan sudah mengalami kebocoran dan air masuk ke sampan, terlebih saat bermuatan berat dan terkena gelombang. (edb)