Gambar : Kunjungan Gubernur Babel, Erzaldi Rosman ke taman bakau dalam kota Tanjungpandan, Suak Parak Mangrove, jum'at (23/4) |
TANJUNGPANDAN, SATAMEXPOSE.COM - "Oksigennya, udara terasa berbeda sekali saat sedang berada di dalam sini," ungkap Gubernur Erzaldi spontan saat berkunjung ke Suak Parak Mangrove, jum’at (22/04).
Suak Parak Mangrove dinilai sangat siap untuk menjadi wisata
alternatif selain kunjungan ke 17 geosite yang pasti sudah mendapatkan banyak
promosi kelas dunia.
"Pada musim buah mangrove, kami mengumpulkan buahnya untuk
pembibitan, saat ini telah berjalan dan cukup berhasil," ujar Herman,
serlaku Ketua pengelola Suak Parak Mangrove-Kelapak Munggong.
Pembibitan ini bahkan menjadi potensi pemberdayaan masyarakat
dalam membudidayakan pohon mangrove sehingga Gubernur Erzaldi memberikan saran
agar hasil yang didapat, separuh menjadi upah, separuh lainnya menjadi
pembiayaan untuk pembangunan fasilitas di kawasan ini.
"Sebagai ketua pengelola, harus memiliki integritas dan
benar-benar jujur agar kawasan ini terurus dengan baik," tegasnya.
Suak Parak Mangrove-Kelapak
Munggong, taman bakau dalam kota yang terletak di Desa Air Saga, Kecamatan
Tanjungpandan merupakan pilihan wisata
hutan mangrove yang sangat teduh karena rindangnya pohon bakau (mangrove),
oksigen yang bersih dengan paket wisata yang unik.
Menuju Destinasi Wisata Belitung Yang Unggul Berdaya Saing,
begitu tagline kelompok pengelola kawasan hutan mangrove ini. Dikelola menjadi
tempat wisata oleh kelompok warga desa yang ingin melestarikan alam di desa
mereka dengan membangun track agar wisatawan dapat berjalan hingga ke sungai
yang membelah dua desa, Desa Air Saga dan Desa Batu Itam.
Berjalan di jembatan pelangi sepanjang 215 meter, track ini
membawa pengunjung menyusur hutan mangrove. Kawasan ini memiliki luas kurang
lebih 50 hektar yang mulai dikelola, sedangkan keseluruhan luas mencapai 100
hektar kawasan hutan bakau ini.
"Kaki jembatan dibangun menggunakan kayu gelam kayu yang
dikenal sangat kuat di dalam air. Pembangunan track ini tidak mengganggu
pertumbuhan tanaman bakau bahkan tidak dilakukan pemotongan apalagi penebangan,"
ungkap Herman, Ketua Pengelola menjelaskan bagaimana mereka membangun dan
menjaga hutan bakau ini.
Lebih menarik lagi, kawasan ini banyak terdapat Timong, sejenis
kerang yang hidup di bakau. Potensi hasil alam seperti ini menjadi nilai
tambah menurut para pengelola sehingga akan dikemas menjadi paket wisata.
Atraksi nyarik Timong (mencari Timong, red) akan dijadikan paket wisata pada
saat musim Timong tiba.
Sebelumnya, saat musim Timong,
anak-anak, ibu-ibu dan warga setempat beramai-ramai mencari Timong. Sejak
dikelola oleh kelompok ini, pencarian timong dilarang, agar perkembangannya
lebih baik, kemudian pada masa musimnya akan dijadikan paket wisata yang tentu
memiliki sensasi tersendiri bagi para wisatawan terlebih wisatawan manca
negara. (ikp-babel/leng)