Ticker

6/recent/ticker-posts

KAMPANYE SANITASI VS INFRASTRUKTUR SEKOLAH

Gambar : Genangan air nampak meluas di halaman SD Negeri 2 Manggar.




Manggar, Satam Xpose ---
Kurang baiknya sarana sanitasi pada sekolah dasar (SD) di Kabupaten Belitung Timur (Beltim), dikarenakan banyak sekolah yang tidak mempunyai anggaran yang cukup untuk melakukan perbaikan infrastruktur sekolah. Untuk itu pihak sekolah berharap Dinas Pendidikan ataupun dinas terkait lainnya dapat membantu mengalokasikan anggaran untuk perbaikan sarana yang ada. 

Hal ini diungkapkan Kepala SD Negeri 2 Manggar, Poniati Mapak kepada Tim Pokja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Beltim, saat Tim AMPKL melakukan Kampanye Sanitasi Sekolah, Selasa (4/10). SD yang terletak di Desa Baru ini, merupakan salah satu dari 2 SD di Kabupaten Beltim yang dianggap memiliki sanitasi yang kurang baik. 

Gambar : Poniati Mapak

“Kami ini sekarang mulai berbenah. Sejak dimasukkan ke dalam 10 SD Sasaran Sosialisasi Sanitasi, kami sudah melakukan perbaikan di sana sini. Tapi masalahnya anggaran kami terbatas,” ungkap Poniati. 

Menurut Poni, pos anggaran pada Bantuan Operasional Sekolah (BOS), hanya terbatas untuk perbaikan kecil atau rehab semata. Sedangkan satu sisi, pihak sekolah tidak mau memberatkan pembiayaan kepada orang tua siswa. 

“Kalau pakai dana BOS dak bisa untuk yang perbaikan besar-besar, soalnye ade petunjuk teknisnye. Kalau pun mau pakai dana komite sulit pak, kasihan sama orang tua siswa,” kata Poni. 

Gambar : Para murid nampak mengikuti lomba cuci tangan.
Poni yang baru satu tahun menjabat sebagai Kepala SDN 2 ini mengakui jika sarana yang ada di sekolahnya kurang memadai. SDN 2 hanya memiliki 6 buah toilet, untuk menampung 210 siswa. Selain itu, sarana penampungan air bersih juga terbatas.

“Proporsi WC-nya kurang, padahal kami sudah nambah dua lagi. Makanya tahun depan kita ajukan lagi tambahan dua toilet ke dinas. Kalau air bersih kita baru bikin sumur bor, terus mau beli tangki tower penampungan air yang lebih besar,” jelas Poni. 

Selain terkendala dianggaran, SD yang sudah berdiri sejak tahun 1968 ini memiliki lahan dan ruangan sekolah yang terbatas. Sehingga pembangunan untuk lokal atau ruang wc agak sulit dilakukan. 

“Kami dak ada gudang, jadi kalau mau barang bekas dimana ada tempat kosong di situ la kami taroh. Memang agak sempit, pas-pasan lahan sekolah kami,” ujarnya. 

Ditemui terpisah, Rabu (5/10), Kepala Seksi Kurikulum Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan (Dindik) Kabupaten Beltim, Alvian mengatakan Dindik akan mengakomodir permintaan dari seluruh sekolah untuk pembangunan sarana. Hanya saja Ia menekankan mengingat keterbatasan anggaran, tidak semua akan terealisasi. 

“Kita akomodir, tampung semua. Cuman kalau kita bicara anggaran APBD II tahun 2017 mungkin belum dapat dilaksanakan, tapi bisa saja kita alokasikan di Dana Alokasi Khusus (DAK),” jelas Alvian. 

Untuk itu, Alvian meminta agar pihak sekolah tidak semata-mata berharap dari Dinas Pendidikan. Ia menganjurkan sekolah agar mencari dana kepada komite sekolah. 

“Semuanya tergantung keinginan sekolah. Memang kalau mengharapkan Dana BOS sangat terbatas. Cuman saya tekankan kebutuhan sekolah bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, ada peran orang tua melalui Komite Sekolah. Komite harus peduli terhadap hal ini,” katanya. (@2!-Humas)