Belitung
Timur | Satam
Expose.com –
Ketidaksinkronan adat antar dukun kampong dan dukun air dianggap sebagai
penyebab buaya menjadi ganas, ini diungkapkan oleh Ketua Dukun se-Pulau
Belitung Mukti Maharip dalam acara diskusi adat terkait konflik manusia dengan
buaya yang terjadi di Kabupaten Belitung Timur.
Acara
yang digelar di Balai Pertemuan Desa Lenggang, Gantung, Kamis (24/6). Dukun
yang hadir mewakili setiap Kecamatan di Kabupaten Belitung Timur terdiri dari dukun
kampong, dukun air, dan dukun angin.
Dalam
pertemuan tersebut digelar ritual adat pembakaran dupa dengan kayu gaharu yang
diakhiri dengan pembacaan doa tolak balak dari dukun yang terpilih mewakilkan
seluruh dukun.
Mukti
Maharip mengatakan pertemuan ini berangkat dari kegelisahannya melihat fenomena
manusia diterkam buaya sebanyak dua kali dalam sepekan, pertama di wilayah
Kecamatan Gantung dan kedua di Kecamatan Simpang Pesak Kabupaten Belitung
Timur.
"Aku
prihatin, akhirnya aku komunikasikan ke Wabup Beltim Khairil Anwar dan
terjadilah pertemuan hari ini. Ketidaksinkronan adat antar dukun kampong dan
dukun air menyebabkan buaya itu menjadi ganas, karena itu setiap dukun di
wilayah masing-masing harus akur dan sinkron,” paparnya.
Sementara
itu Wakil Bupati Belitung Timur, Khairil Anwar yang hadir dalam acara diskusi
tersebut mengatakan kepada wartawan acara ini diaadakan semata-mata guna
mencari solusi dalam mengendalikan keganasan buaya yang terjadi dalam sepekan
ini.
“Semoga
dengan kebersamaan para dukun masalah ini akan bisa diatasi secara adat dan
kedepannya kita harus mengupayakan agar kelestarian lingkungan tetap terjaga,”
tandas Khairil. (rus)
0 Komentar