![]() |
Kapal tenggelam. IST |
BADAU,
SATAMEXPOSE.COM – Fakta baru terungkap dalam tragedi tenggelamnya kapal yang
ditumpangi rombongan ASN Dinas Penamanan Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Provinsi Babel beberapa waktu lalu.
Fakta
baru tersebut diungkapkan Rahmad Kurniawan (25), pemilik sekaligus nahkoda
perahu yang membawa tujuh ASN untuk pergi memancing di perairan laut Desa
Pegantungan, Badau, Belitung.
Menurut
Rahmad Kurniawan, dirinya sempat menolak mengantar para ASN tersebut pergi ke
laut untuk memancing dengan alasan masih mempunyai pekerjaan lain.
"Jadi
satu hari sebelum kejadian, Pak Gunawan menghubungi saya agar ditemani mancing
ke laut. Saya sempat menolak, karena masih ada kerjaan lain," kata Rahmad
Kurniawan saat ditemui SatamExpose di kediamannya, Sabtu (24/10/2020).
Sebagai
solusi penolakannya, Rahmad Kurniawan menawarkan Gunawan untuk diantar temannya
sesame nahkoda kapal. Namun Gunawan tidak mau lantaran lebih nyaman bila
diantar Rahmad.
“Karena
sudah langganan mau tidak mau saya terima dengan imbalan yang belum ditentukan.
Kegiatan mancing ini sudah kedua kali dengan ," sambung Rahmad.
Pada
Kamis (22/10/2020), ia bersama ketujuh ASN berangkat dari Pelabuhan Tanjung
Batu menuju laut sekira pukul 09.00 WIB untuk pergi memancing dengan jarak
tempuh selama 30 menit.
Namun
sebelum berangkat, ia sempat memberikan peringatan kepada ketujuh ASN agar
memutuskan putar balik (pulang) apabila gelombang sudah naik dan cuaca mulai
buruk.
Sesampainya
di tempat area mancing sekitar pukul 12.00 WIB, saat itu cuaca mulai gelap dan
kemungkinan akan terjadi badai. Rahmad pun mengajak ketujuh ASN agar pulang ke
daratan.
"Mereka
(ASN) sudah sempat melakukan kegiatan mancing sekitar kurang lebih tiga jam,
hasilnya pun lumayan," ujar Rahmad Kurniawan.
Lanjutnya,
setelah memutuskan pulang, di tengah perjalanan perahu yang ditumpangi sudah
terlebih dahulu terkena badai namun masih mampu melanjutkan perjalanan.
Ketika
sudah mendekati daratan kurang lebih 60 meter dari bibir pantai, perahu
dihantam oleh gelombang dengan ketinggian mencapai 1,5 meter.
Seketika
perahu langsung melonjak dan menghempas ke bawah dan berputar dengan posisi
sudah pecah dan air sudah masuk melalui bawah sehingga lajunya pun terhenti.
Merasa
panik, ia langsung melempar jangkar, tapi tali jangkar sudah tidak kencang
dikarenakan posisi jangkar tidak menancap ke bawah. Saat kejadian, ketujuh ASN
sedang berkumpul di palka (kamar).
Lalu
ia memerintahkan agar ketujuhnya keluar menaiki bagian atas perahu. Namun nahas,
pada saat para ASN sudah keluar, perahu kembali dihantam gelombang yang
menyebabkan lima orang termasuk korban terjatuh ke air.
Beruntung
ada dua orang nelayan yang sedang memancing berada tak jauh dari lokasi
kejadian. Kedua nelayan itu langsung mendekat untuk memberikan pertolongan.
"Untuk
posisi korban (Edi, red) saat itu
berada di belakang perahu, seperti menggapai sesuatu. Korban ini bisa berenang,
tapi sempat tenggelam kurang lebih selama satu menit, pada saat diangkat keatas
perahu sudah lemah," beber Rahmad Kurniawan.
Rahmad
juga menambahkan akibat kejadian perahu miliknya mengalami kerusakan mesin,
serta pecah di bagian bawah yang membutuhkan perbaikan selama kurang lebih 10
hari.
Saat
ini perahu tersebut sudah ditarik ke daratan seputaran area Pelabuhan Tanjung
Batu, Desa Pegantung, Badau.
"Otomatis
saya tidak bisa melaut, ya namanya juga musibah. Terkait biaya dari mereka
(ASN) saya tidak mempertanyakan karena
sudah terjadi kondisinya seperti ini," ucap Rahmad Kurniawan. (fat)
0 Komentar