Aat Surya Safaat saat jadi narsum webinar. IST |
JAKARTA, SATAMEXPOSE.COM
-
Penasehat Forum Akademisi Indonesia (FAI) yang juga Wartawan Senior Aat Surya Safaat
mengajak akuntan milenial (akuntan muda) untuk menjalin hubungan baik
dengan kalangan media.
Hal tersebut dikataan Aat saat menjadi pembicara dalam webinar yang diselenggarakan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Cendekia
Karya Utama Semarang, Kamis (6/8/2020).
Menurut Aat, tujuan menjalin hubungan baik dengan kalangan media adalah agar kiprah para akuntan muda
dalam memajukan dunia usaha diketahui publik secara luas.
“Akuntan milenial perlu memanfaatkan media secara bijak, dilandasi rasa
saling percaya dan saling menghormati agar peran mereka dalam memajukan
dunia usaha diketahui publik secara luas,” kata
Aat.
Webinar dengan 451 peserta yang bertema “Partisipasi akuntan milenial di
era 4.0 dalam pemanfaatan teknologi dan media” itu juga menghadirkan
narasumber Dosen Akuntansi Lembaga Program Studi di Luar Kampus Utama
(PSDKU) Universitas Diponegoro (UNDIP) Imam Prayogo.
Narasumber lain pada webinar dengan peserta dari kalangan mahasiswa serta
perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dari beberapa provinsi, seperti Jawa
Tengah, Lampung, Lombok, dan Banten itu adalah pengusaha muda Dyah Ayu.
Webinar yang menyoroti kiprah akuntan milenial di era 4.0 dengan MC Inong
Esa Lestari dan moderator Kaprodi Akuntansi STIE Cendekia Karya Utama Yani
Susetyo itu juga dihadiri oleh Ketua Yayasan STIE tersebut Mohammad Dwi
Kharis Rifai serta kalangan perbankan, khususnya yang ada di Jawa
Tengah.
Lebih lanjut, Aat
mengemukakan perlunya akuntan menjalin hubungan baik dengan wartawan
adalah agar peran mereka dalam memajukan dunia usaha, termasuk
mengembangkan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memperoleh publisitas
seluas mungkin serta mendapatkan umpan balik dari masyarakat.
“Menjadikan pers sebagai mitra itu sangat penting, termasuk bagi kalangan
akuntan milenial. Caranya, bukan semata-mata dengan menjalin hubungan
bisnis, tapi yang tidak kalah pentingnya adalah membina hubungan personal
serta hubungan profesional dan institusional atau kelembagaan,” papar Aat.
Mantan Direktur Pemberitaan Kantor Berita ANTARA yang juga pernah menjadi
Kepala Biro ANTARA di New York itu juga mengingatkan perlunya akuntan
milenial memanfaatkan media sosial secara tepat dan bijak dengan
memperhatikan rambu-rambu dunia maya.
Rambu-rambu yang merupakan etika universal dalam berselancar di dunia
maya itu adalah tidak menyudutkan atau menyinggung perasaan orang lain,
tidak mengadu domba, tidak mengompori, tidak mengkambing-hitamkan pihak
manapun, dan tidak menulis status ketika suasana hati sedang tidak
nyaman.
Pada kesempatan yang sama, pengusaha muda Dyah Ayu mengemukakan, pada
masa pandemi Covid-19 ini tim media sosial menjadi “ujung tombak” bagi keberlangsungan
bisnis di banyak perusahaan.
“Fakta bahwa pada masa pandemi penggunaan media sosial meningkat sebesar
40 persen dapat dijadikan peluang yang bisa dimanfaatkan secara optimal
oleh kalangan dunia usaha,” sebut Dyah Ayu.
Sementara itu Dosen Akuntansi Lembaga PSDKU-UNDIP Imam Prayogo
mengingatkan kalangan akuntan milenial agar kreatif dan inovatif dalam
pengembangan aplikasi laporan keuangan serta dapat memanfaatkan
perkembangan teknologi di era 4.0.
“Akuntan milenial harus menekuni profesinya secara sungguh-sungguh dengan
terus memperdalam
basic keilmuan, mengasah
skill sesuai bidangnya,
mengikuti pelatihan kompetensi, meng-update
perkembangan ilmu, aktif berbagi ilmu dengan masyarakat, dan berinovasi,”
katanya.
Menurut Imam, akuntan milenial harus menguasai bidang ilmu dan
keahliannya dengan baik, seperti membuat laporan keuangan serta
menganalisis dan mereviewnya, diaplikasikan dengan teknologi informasi,
misalnya membuat aplikasi android untuk laporan keuangan UMKM.
Mereka juga bisa diperbantukan membuat laporan keuangan pondok pesantren
yang mendapatkan dana dari APBN, yakni pondok pesantren yang berbadan
hukum dan memiliki unit usaha. Dengan bantuan akuntan, ke depan pesantren
dimaksud diharapkan dapat mendirikan unit Bank Wakaf Mikro (BWM).
Program BWM yang diluncurkan sejak Oktober 2017 diharapkan bisa menjadi
sumber pembiayaan ekonomi mikro, khususnya di lingkungan pondok pesantren
yang saat ini jumlahnya mencapai lebih dari 28 ribu pondok pesantren di
seluruh Indonesia.
(*/als)