Ticker

6/recent/ticker-posts

KETAHANAN PANGAN BELTIM BELUM AMAN, 61 PERSEN LEBIH KEBUTUHAN BERAS MASIH HARUS DIDATANGKAN DARI LUAR DAERAH

Suasana Rapat Strategi Ketahanan Pangan Beltim,
Rabu (27/11/2019). IST/Diskominfo Beltim


MANGGAR, SATAMEXPOSE.COM - Ketahanan pangan di Kabupaten Belitung Timur masih tergantung dengan daerah lain. Pasalnya sebanyak 61,45 persen beras kebutuhan masyarakat harus didatangkan dari luar daerah.

Saat ini jumlah kebutuhan beras Kabupaten Belitung Timur mencapai 11.526,94 ton pertahun. Sedangkan kemampuan produksi hanya 7.031,30 ton gabah kering panen atau setara dengan 4.443,5 ton beras pertahun dengan rendemen 63,2 persen.

Dikutip dari pers rilis Diskominfo Beltim, hal itu terungkap saat Rapat Strategi Ketahanan Pangan Kabupaten Beltim di Rumah Makan Fega, Rabu (27/11/19). Rapat dipimpin oleh Wakil Bupati Beltim, Burhanuddin dan dihadiri oleh Forkopimda Beltim serta pimpinan OPD.




Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Beltim Hamali melalui Sekretaris Dinas Tri Jaka mengungkapkan tingkat konsumsi beras mencapai 92.90/kg/kapita/tahun.

“Kebutuhan beras kita sebesar 11.526,94 ton dengan asumsi jumlah penduduk 124.079 jiwa. Produksi padi kita hanya mampu memenuhi sekitar 38,55 persen kebutuhan beras yang ada,” ungkap Tri Jaka.

Menurut Tri Jaka, Kabupaten Beltim harus melakukan berbagai upaya pencapaian ketahanan pangan, baik itu melalui peningkatan produksi maupun dukungan dari instansi terkait.




“Dukungan itu misalnya dari Dinas PU untuk percepatan rehabilitasi jaringan irigasi. Terus juga dari BMKG untuk informasi iklim periodik sampai tingkat Kabupaten. Selain itu juga dari BPS dan BPTP,” jelas Tri Jaka.

Wakil Bupati Beltim mengatakan ketahanan pangan belum sepenuhnya aman. Meski begitu ia mengapresiasi langkah dari dinas terkait yang sudah mulai melakukan inventarisir terhadap cadangan pangan daerah.

“Sekarang yang harus kita lakukan adalah bagaimana mengkonektivitaskan dan mensinergikan secara serius terhadap kebijakan maupun terhadap pemanfaatan masyarakat. Secara bertahap kita harus mampu merubah mindset masyarakat untuk mulai gemar bertani,” kata Aan sapaan Burhanudin.




Sarana prasarana untuk pendistribusian pangan juga harus dibenahi, termasuk melakukan pengerukan untuk alur sungai agar kapal pembawa pangan dan barang kebutuhan mudah masuk.

“Intinya bagaimana kita dapat mengajak masyarakat untuk dapat turut serta menjaga ketahanan pangan di daerah. Kalau merubah mind set dari petambang ke petani itu perlu proses,” ujarnya. (*/als)