Ticker

6/recent/ticker-posts

JAWAB TREN DUNIA INDUSTRI, APLIKASI BELITONG GEOPARK DILUNCURKAN

Aplikasi Geopark. Facebook Geopark.
TANJUNGPANDAN, SATAMEXPOSE.COM - Aplikasi Belitong Geopark diluncurkan untuk menjawab trend dunia indutri saat ini yang telah masuk revolusi industri 4.0. Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa revolusi industri 4.0 telah bergerak sangat cepat sekitar 3.000 kali lipat dibandingkan revolusi industri 1.0. 

Revolusi 4.0 ini ditandai dengan munculnya super komputer, otomatisasi, serta robot neurologi. Revolusi industri 4.0 ini dipelopori oleh perwakilan sejumlah industri dan akademisi pada tahun 2011 dalam upaya meningkatkan daya saing di Jerman dalam industri manufaktur. 

Perkembangan revolusi industri 4.0 ini mendorong Menteri Pariwisata, Arief Yahya untuk mengembangkan sektor pariwisata berbasis 4.0 dengan memperkenalkan tema “Tourism & The Digital Transformation” bertepatan dengan peringatan hari pariwisata dunia (World Tourism Day) yang dilaksanakan 28 September 2018. 



Ia mengatakan bahwa Pariwisata 4.0 ini mempunyai peran penting karena terkoneksi dengan media sosial dimana sangat memudahkan dalam mem-viral-kan destinasi wisata menggunakan digital. 

Revolusi industri pertama kali terjadi pada tahun 1784 yang ditenggarai dengan pergantian penggunaan tenaga manusia dan hewan dengan tenaga mesin seiring ditemukannya mesin uap. Revolusi industri ini mengakibatkan pertumbuhan pendapatan domestik bruto (PDB) rata–rata 6 kali lipat selama 2 abad. 

Revolusi industri 2.0 terjadi pada tahun 1870. Revolusi 2.0 ini ditandai dengan ditemukannya pembangkit listrik dan mesin bakar. Teknologi ini mengawali penemuan pesawat telepon, pesawat terbang, dan mobil. 

Revolusi industri 2.0 juga ditandai dengan produksi masal dan pembagian lini kerja. Pembagian lini kerja pertama dimulai dengan rumah potong hewan pertama kali digunakan di Cincinnati, Amerika Serikat pada tahun 1870 yang mengawali revolusi indutri 2.0. 

Perkembangan dunia internet dan teknologi digital mengawali munculnya revolusi industri 3.0. Munculnya era digital ini menggantikan mesin industri yang dikelola manusia dengan komputer yang mampu menurunkan biaya produksi. 



Revolusi industri 4.0 yang dimulai tahun 2011, menekankan pada hubungan antara manusia, mesin, dan data yang dapat ditemukan dimana–mana. 

Dengan munculnya Revolusi Industri 4.0, telah mengubah model bisnis secara global yang menggunakan teknologi super komputer dan otomatisasi yang mana menciptakan peluang bisnis rintisan (start-up). 

Bisnis ini melibatkan perangkat selular pintar dan menggunakan aplikasi mobil. Tahun 2018, Amerika Serikat merupakan negara dengan jumlah perusahaan rintisan terbesar yaitu 28.793. Indonesia merupakan terbesar keempat dengan jumlah rintisan sebesar 1.706.

Berdasarkan nilai, Amerika Serikat menduduki posisi pertama dunia dengan nilai US$ 561.5 milyar atau menguasai separuh dari nilai total perusahaan unicorn global. Berdasarkan laporan the Global Unicorn Club Januari 2019, terdapat lebih dari 300 perusahaan unicorn di seluruh dunia. 

Perusahaan yang masuk kategori unicorn adalah perusahaan swasta rintisan memiliki nilai lebih besar atau sama dengan US$ 1 milyar. Indonesia menduduki peringkat ke 6 dengan nilai sebesar US$ 20 milyar dan mencatatkan satu perusahaan Decacorn, yaitu perusahaan start-up dengan nilai sama dengan atau lebih besar dari US$ 10 milyar, yaitu Go-jek yang bergerak di sektor industri transportasi dan On-demand. 



Kawasan Asia menguasai 39 persen dari total valuasi unicorn dengan nilai total adalah US$ 422’85 milyar.  Di kawasan Asia, Indonesia menduduki peringkat ke 3 atau menguasai 5 persen pasar unicorn berdasarkan valuasi.

Kawasan Asia dipimpin oleh Cina yang menguasai 30 persen valuasi nilai total unicorn dunia dengan valuasi sebesar US$ 324,57. Di Asia, Cina menguasai 77 persen dari total market. Berdasarkan sektor, transportasi atau on-demand masih menguasai pasar Asia sebesar US$ 99,4 milyar atau sebesar 24 persen. 

Jual beli produk menempati posisi kedua senilai US$ 80,73. Perusahaan unicorn Toutiao (Bytedance) dengan nilai valuasi terbesar di dunia senilai US$ 75 milyar dimiliki oleh Cina dan bergerak di industri Media. Di wilayah ini, industri travel berkontribusi 3.42% dengan nilai valuasi sebesar US$ 14,46 milyar. 

Sedangkan di kawasan Asia Tenggara, hanya berkontribusi sekitar 3 persen dari total nilai unicorn dunia. Indonesia merupakan pasar terbesar dengan menguasai lebih dari 60 persen dari total nilai unicorn sebesar US$ 32 milyar. 



Di kawasan ini, lebih dari 65 persen di miliki oleh 2 raksasa transportasi, yaitu Gojek dari Indonesia & Grabcar dari Singapur dengan total nilai sebesar US$ 21 milyar. Di posisi kedua dimiliki perusahaan dagang yang keduanya berasal dari Indonesia yaitu Traveloka dan Bukalapak dengan total nilai US$ 8 milyar. Di sektor travel memberi andil 6 persen dengan nilai total US$ 2 milyar.

Dengan berkemban pesat penggunaan unicorn di belahan dunia, maka Amerika Serikat dan Cina yang menguasai 80 persen nilai unicorn dunia yang juga menguasai 23 persen total penduduk dunia atau sebanyak 1,4 milyar penduduk cina dan 328 juta total populasi di Amerika Serikat. 

Di kawasan Asia Tenggara dengan total penduduk 600 juta jiwa menguasai 8 persen dari total populasi dunia dimana Indonesia mendekati separuh penduduk Asia Tenggara atau 3 persen total populasi dunia dengan jumlah 250 juta. 

Melihat jumlah populasi dunia berdasarkan dunia industri dan usia, maka di amati yang kemungkinan memiliki akses internet. Tercatat sekitar 4.021 milyar manusia di dunia menggunakan internet atau 53 persen. Jumlah ini sama dengan mereka yang bekerja pada berbagai sektor industri serta usia berkisar 15 – 64 tahun yang ditandai dengan tanda kurung merah. 



Berdasarkan data yang dirilis oleh Hootsuite & Wearesocial tahun 2018, maka didapatkan bahwa total pengguna telepon genggam di seluruh dunia adalah 5.135 milyar atau 68 persen dari total penduduk dunia. Dengan jumlah pengguna internet sebanyak 4.021 milyar atau 53 persen. Sedangkan pengguna media sosial tercatat sebanyak 3.196 milyar atau 42 persen dari total populasi dunia.

Data di atas menunjukkan bahwa lebih dari separuh penduduk dunia menggunakan internet dan hampir 80 persen berinteraksi dengan media sosial. Melihat data di atas, maka wisata berbasis teknologi industri 4.0 sangat memiliki peluang pasar yang besar. 

Wisata berbasis 4.0 sangat erat kaitannya dengan kehadiran akses wifi, internet, dan aplikasi mobil. Hootsuite & Weare social (2018) mencatat bahwa 49% dari turis berinteraksi dengan media sosial. 

Media sosial ini merupakan media promo yang efektif dalam upaya mempromosikan suatu kawasan yang biasanya di unduh oleh wisatawan saat liburan. Sebanyak 68 persen dari wisatawan akan berkomunikasi dengan teman dan keluarga yang juga berpeluang mempromosikan destinasi wisata tersebut. 



Dengan berkembangnya teknologi berbasis aplikasi mobil, yang merupakan rangkaian dari revolusi industri 4.0, sangat berdampak pada sektor wisata. Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah pengunduh aplikasi sekitar 50 persen dari total wisatawan seluruh dunia sebelum bepergian. 

Aplikasi ini erat kaitannya dengan bisnis start-up yang mana sektor wisata mempunyai peluang yang besar mengingat besarnya jumlah wisatawan milenial yang sangat dekay dengan penggunaan teknologi berbasis aplikasi mobil. 

Frans (2018) mencatat bahwa ada sekitar 2.5 milyar potensi wisatawan milenial di belahan dunia yang berkomunikasi tentang kawasan wisata dengan media sosial, menonton cuplikan suatu destinasi wisata dengan YouTube, terhubung dengan musik live dengan akses internet serta cara mendokumentasikan momen liburan dengan tampilan menarik bawah air serta foto udara menggunakan drone.

Kaum wisatawan milenial ini memiliki kebiasaan menggunakan 4 sampai 5 alat sebagai media sosial dan pekerjaan, sangat aktif berinteraksi di media sosial, serta cenderung menjadwalkan liburan sekitar 5 kali dalam setahun.



Dengan mengamati data di atas dimulai dari tren revolusi dunia yang telah menuju 4.0 yang ditenggarai dengan banyaknya muncul perusahaan start-up. Serta penggunaan internet serta selular pintar yang menjangkau banyak lapisan masyarakat. 

Ditambah pula dengan kebutuhan wisatawan millennial yang berjumlah 2,5 miliar serta kebutuhan akan informasi terkini dari media sosial dan aplikasi, dengan demikian aplikasi Belitong Geopark menjawab kebutuhan wisata masa kini dengan merambah pasar milenial dengan menawarkan teknologi aplikasi terkini serta konten yang dinamik untuk memenuhi kebutuhan selera mereka. 

Belitong Geopark ini menguraikan tentang apa geopark belitong, kekuatan–kekuatan Belitong sebagai calon geopark kelas dunia serta destinasi wisata yang akan terhubung dengan google map yang mana akan memudahkan wisatawan menuju lokasi tersebut. 

Aplikasi ini menguraikan dengan detil tiap–tiap geosite yang mana diperkuat oleh warisan geologi, biologi, serta budaya serta atraksi yang mengandung unsur rekreasi dan edukasi. Tiap–tiap geosite akan memunculkan souvenir khas kawasan tersebut yang merujuk pada warisan–warisan yang erat kaitannya dengan geologi & biologi kawasan tersebut. 



Aplikasi ini juga memaparkan tentang warisan geologi dunia yang di miliki Pulau Belitong, sejarah terbentuknya serta fonomena alam dari sudut pandang geologi. Warisan Biologi dijelaskan sebagai suatu kekuatan alamiah yang akan di ajarkan dan di konservasi sebagai bagian dari upaya pengembangan yang berkelanjutan. 

Untuk memenuhi permintaan turis modern yang membutuhkan kebebasan, lebih dinamis dan bersifat personal, maka aplikasi ini memberikan layanan untuk pemesanan hotel dan transportasi untuk memudahkan wisatawan dalam menyusun program liburan.

Berbagai jenis kuliner khas geopark belitong serta sejarah kemunculannya di hadirkan dalam aplikasi Belitong Geoaprk.

Aplikasi ini menjawab peluang pasar wisata Indonesia yang sedang berkembang dengan menerapkan teknologi industri 4.0 untuk menangkap peluang pasar wisatawan milenial yang diharapkan menjadi pemimpin pasar start-up tanah air dalam pelayanan jasa sektor wisata. (*/rdb)