Belitung|Satamexpose.com
– Pemerintahan
pasangan Sahani Saleh-Isyak Meirobie priode 2018-2023 yang akan berakhir pada
31 Desember 2023 mendatang dianggap H. Moctar Motong yang akrab disapa Tarek
gagal dibeberapa sektor, Senin(18/12).
Tarek yang merupakan salah satu tokoh masyarakat
Belitung kepada Satamexpose.com
mengatakan pasangan Sahani Saleh-Isyak Meirobie gagal disektor wisata yang
ditandai dengan tidak memiliki kemampuan dalam mengangkat kembali geliat
pariwisata Belitung pasca Covid-19.
“Kita memiliki catatan serius terkait sektor
pariwisata Belitung yang selama ini digadang-gadang sebagai lokomotifnya
ekonomi kabupaten ini,” ujarya.
Menurutnya, kegagalan pemerintah dalam sektor
wisata harus dilihat secara utuh.
“Hingga saat ini yang kita lihat pemerintah daerah
masih miskin dengan destinasi wisata
buatan dan hanya berharap dari wisata alam yang ada,” tambahnya.
Jikapun ada seperti Tanjung Pendam dan HKM Juru
Seberang menurutnya destinasi wisata buatan ini hanya menyisakan carut-marut
pengelolaan.
“Kita harus akui, sektor pariwisata Belitung mulai
mengalami luar biasa naik ketika mencuatnya novel laskar pelangi karya Andrea Hirata
dan dari branding negeri laskar pelagi bisa membawa Belitung masuk kedalam
sepuluh besar pariwisata nasional bahkan sempat menarik investor mengucurkan
uangnya untuk investasi di Belitung,” papar Tarek.
Menurutnya, Belitung pernah mancapai zaman
keemasannya di sektor wisata pada tahun 2019 dengan adanya penerbangan
Internasional dari Malaysia-Belitung dan Belitung Singapura.
Saking yakinnya pemerintah melihat pariwisata maju,
Pemerintah Daerah Kabupaten Belitung membuat perencanaan yang hebat bahwa masa
depan Belitung ini adalah pariwisata.
“Namun keyakinan itu pupus setelah diterjang covid,
hari ini yang tadinya empat belas kali penerbangan dalam satu hari, saat ini
hanya empat sampai lima kali saja yang artinya tingkat kunjungan jauh luar bisa
sepinya dan diperparah dengan harga tiket pesawat yang luar biasa mahalnya,”
katanya.
Tarek menyebutkan di daerah lain pasca covid-19 pemerintah
daerah cepat berbenah diri, bahkan Labuan Bajo yang dulunya dibayag-bayangi Belitung
kini orang sudah berlomba-lomba investasi disana. Sebaliknya, ke Belitung orang
semakin ragu, takut serta menarik diri untuk berinvestasi khususnya di bidang
pariwisata.
“Ini merupakan catatan buruk kepemimpinan Sahani
Saleh dan Isyak Meirobie karena tidak mampu mensiasatinya,” tegas Tarek.
Tarek mengatakan dirinya sama sekali tidak melihat adanya
langkah-langkah yang komprehensif dari Pemerintah Daerah Kabupaten Belitung
untuk kembali mengangkat pariwisata ini.
“Hari ini mereka semua di belakang layar dan seakan-akan
tidak mau bertanggung jawab,” sesalnya.
Padahal menurutnya, pemerintah pusat dengan
hebatnya mampu mempercayai Belitung untuk melaksanakan G-20 yang levelnya
adalah internasional, bahkan ada branding baru dari pemerintah pusat untuk
Belitung, dimana Belitung dijadikan daerah Geopark/Geoside.
“Seharusnya poin ini harus cepat ditangkap oleh pemerintah
daerah, namun yang terjadi karena ketidak mampuan, pemerintah daerah tidak
segera membangun regulasi,” ujarnya.
Ketika ditanya terkait regulasi yang dimaksud,
Tarek mengatakan regulasi yang dimaksud diataranya pajak dan promosi keluar
daerah.
“Menurunkan pajak hotel misalnya atau kebijakan
pajak investasi serta melakukan promosi, karena pemerintah daerah kita lihat lemah
dalam hal promosi besar-besaran keluar pasca covid,” jelasnya.
Tarek juga menambahkan jika Sandiaga Uno selaku
menteri pariwisata pernah mengatakan jika tingkat kebersihan oksigen di
Belitung luar biasa.
“Artinya jika pemerintah cerdas, pemerintah jeli
dan berani kenapa tidak membuat tagline bahwa Belitung ini hebat untuk di
jadikan sport tourizm dan melihat laut yang tenang mudah dipakai untuk
berenang, menyelam, berjemur. Lalu kenapa tidak diciptakan Belitung paling
nyaman untuk turis usia tua beristirahat di belitung,” jelasnya.
Ia juga melihat tidak ada intervensi yang serius dari pemerintah daerah untuk mencari
solusi harga tiket agar penerbangan kembali membaik ke Belitung.
Terkait Tanjung Pendam dan Bundaran Satam yang
merupakan halaman mukanya pariwisata Belitung serta ikon Kota Tanjungpandan
menurutnya saat ini terkesan jorok.
“Tanjung Pendam sebagai halaman muka pariwisata
Belitung, hari ini terlihat jorok dengan pembangunan, pengelolaan dan
regulasinya yang tidak jelas. Demikian juga dengan Bundaran Satam yang dipenuhi
dengan kawanan anjing liar menghiasi wajah tata kota Tanjungpandan,” urainya.
“Kalau memang pemerintah berani, pemerintah cerdas,
pemerintah solutif seharusnya masalah seperti ini tidak harus ada dan jika alasan
tidak dilakukannya pengendalian populasi anjing liar akibat adanya protes
dari penyayang binatang katanya, suruh
itu penyayang binatang rawat dong dan jangan dibiarkan terbengkalai. Yang
begini aja pemerintah Sahani Saleh- Isyak Meirobie tidak bisa menyelesaikan,”
sesalnya.
Selain itu, Tarek juga melihat kegagalan
pemerintahan pasangan Sahani Saleh dan Isyak Meirobie dalam sektor perkebunan
yang ditandai dengan mencuatnya konflik perkebunan sawit anatara PT Foresta dan
masyarakat sekitar yang berujung pada ditangkapnya sebelas orang masyarakat Dusun
Air Gede, Membalong akibat pengrusakan pohon sawit dan pembakaran kantor PT
Foresta.
“Saya melihat kejadian ini sebagai
bentuk kegagalan pemerintah daerah, baik itu Bupati maupun DPRD yang tidak peka
dan jeli. Kalau saja pemerintah daerah mau membuka komunikasi masyarakat dengan
perusahaan mungkin tidak sampai terjadi masalah seperti ini,” ujarnya.
Masalah pertanahan yang terjadi di Belitung
juga tak lepas dari perhatian tokoh masyarakat satu ini, dimana menurutnya keterlibatan
oknum-oknum dalam pertanahan juga harusnya menjadi perhatian serius dan
pasangan Sanem-Isyak tidak mampu untuk menyelesaikan ini.
“Hari ini orang sudah takut untuk investasi
di Belitung, dimana urusan jual beli tanah aja urusannya sampai ke Pengadilan.”
Sesalnya.
Dirinya juga melihat Pemerintah Kabupaten
Belitung dibawah komando pasangan Sahani Saleh dan Isyak Meirobie di sektor
perikanan juga terkesan pasif dan tidak mau ribet.
Ini ditandai dengan tidak adanya upaya
pemerintah daerah untuk berkompromi atau mengintervensi perikanan kelautan yang
saat ini kewenangannya ada di provinsi agar bisa juga dirasakan kabupaten
secara langsung.
“Misalnya sarana ekspor perikanan yakni
laboratorium, hingga saat ini pemerintah kabupaten dibawah komando Sahani
Saleh-Isyak Meirobie tidak pernah berupaya agar di Belitung ini berdiri
laboratorium perikanan, sehingga ketika nelayan hendak melakukan ekspor ikan
gak harus ke bangka dulu dan tentunya ini akan berdampak pada income yang akan
diterima daerah tentunya,” papar Tarek.
Tarek merasa heran karena wilayah hukum
lautnya ada di Belitung, nelayannya dari Belitung, pengusahanya juga ada di
Belitung, lalu kenapa Belitung justru tidak mendapatkan incomenya.
Seharusnya pemerintah kabupaten harus
memiliki celah untuk melakukan intervensi, namun yang kita lihat saat ini
mereka lebih enjoy memungut pajak-pajak reklame, pajak restoran dan lain-lain.
Demikian juga halnya dengan permasalahan
Badan Usaha Pelabuhan (BUP) yang saat ini menuai permasalahan menurutnya akibat
pemimpin yang tdak faham filosofi dan historis dilahirkannya Pelabuhan Tanjug
Batu.
“BUP dilahirkan pada dasarnya untuk bagaimana
kita mengalihkan pelabuhan Tanjungpandan yang ada saat ini untuk secara
perlahan dialihkan ke sana untuk menghindari sesaknya kota Tanjungpandan,
kerawanan di dalam kota Tanjungpandan yang pada akhirnya akan membuat carut
marutnya estetika kota Tanjungpandan,” paparnya.
Selain itu, diharapkan dengan dibangunnya
pelabuhan tanjung batu akan menyerap banyak tenaga kerja serta bisa berproses
menjadi alternatif dikembangkan banker minyak.
“Saya masih meragukan apakah perizinan BUP
itu legal atau ilegal ? Setahu saya untuk mendirikan BUP itu tidak mudah dan
tidak murah bahkan sampai hancur seperti saat ini, lalu siapa yang mau
bertanggung jawab dan dari mana kita mau mengatakan berhasil pemerintahan
sahani saleh-Isyak Meirobie,” paparnya.
Terkait kepemudaan, Tarek juga melihat
kegagalan pasangan Sahani Saleh dan Isyak Meirobie.
“Bupati ini lahirnya dari organisasi pemuda,
seharusnya yang perlu Bupati lakukan adalah bagaimana intervensi Bupati dalam
hal bagaimana mencari cara agar pemuda lebih kelihatan punya porsi di
daerahnya, mampu berkreasi di daerahnya dan mampu membuat prestasi untuk
daerahnya. Sampai hari ini saya tidak melihat keseriusan Bupati dan ini tentunya
perlu dievaluasi,” sesal Tarek.
Dengan berbagai ketidak berhasilan itu, Tarek
mengajak masyarakat agar kedepan memilih pemimpin harus yang jauh lebih
berkualitas baik pemikiran maupun keberanian.
“Untuk Belitung maju, kedepan perlu kita
memilih pemimpin yang visioner dan bukan hanya pemimpin sebatas senyuman atau say
hallo saja,” tandas H. Mochtar Motong. (tim)