Ticker

6/recent/ticker-posts

PENGANGGURAN DI BELTIM MENURUN, TAPI TETAP SAJA ANGKA KEMISKINAN MENINGKAT

Kepala Bidang Penempatan dan Pelatihan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Beltim, Halifa. IST/Diskominfo Beltim

MANGGAR, SATAMEXPOSE.COM - Angka Tingkat Pengangguran Terbuka (PTP) di Kabupaten Belitung Timur menurun pada 2018 lalu. Hal ini juga sebanding dengan kenaikan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada periode yang sama.

Dirilis Diskominfo Beltim, berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) Badan Pusat Statistik Tahun 2018, angka pengangguran terbuka di Beltim turun drastis dari 2,62 persen di tahun 2017 menjadi 1,50 persen di tahun 2018.

Sedangkan TPAK yakni 68 persen di tahun 2017 meningkat menjadi 71,93 persen di tahun 2018. Di mana, besarnya TPAK mengindikasikan bahwa kesempatan kerja yang tersedia bagi penduduk usia kerja juga sangat besar.

Kepala Bidang Penempatan dan Pelatihan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Beltim, Halifa mengatakan, turunnya angka pengangguran terbuka lantaran banyaknya penyerapan tenaga kerja di sektor tambang, perkebunanan serta sektor informal.

“Kalau di Kabupaten Beltim penyerapan tenaga kerja banyak untuk tenaga kerja musiman, kayak buruh di tambang sama perkebunan. Jelas penyerapan tenaga kerjanya, apalagi kalau kita sektor perkebunan kita sedang banyak sekarang ini,” kata Halifa dalam rilis yang diterima SatamExpose.com.

Halifa memaparkan sesuai dengan SAKERNAS 2018, penduduk usia kerja di Beltim tahun 2018 mencapai 95.874 orang. Dengan angkatan kerja mencapai 69.033 orang.

“Kalau yang bekerja mencapai 67.998 orang meningkat dari tahun 2017 lalu yang berjumlah 62.050. Pengangguran juga berkurang yakni dari 1.667 orang berkurang menjadi 1.035 orang,” papar Halifa.  

Namun di sisi lain Halifa mengatakan sektor tenaga kerja informal atau musiman itu sangat rentan untuk berubah-ubah. Tidak menutup kemungkinan di akhir tahun 2019 mendatang TPT dapat saja meningkat.

“Kan tetap walaupun mereka pekerja musiman tetap dianggap tidak masuk pengangguran terbuka. Nah begitu mereka tidak ada kerjaan mereka akan kembali dianggap pengangguran,” jelas Halifa.

Meski angka pengangguran terbuka di Kabupaten Beltim mengalami penurunan namun berbeda halnya dengan angka kemiskinan. Tahun 2018 lalu angka kemiskinan Kabupaten Beltim meningkat 0,25 persen dari 6,81 di tahun 2017 menjadi 7,06 di tahun 2018.

Naiknya tingkat kemiskinan di Kabupaten Beltim mengindikasikan bahwa angkatan kerja banyak yang belum memperoleh pekerjaan dengan upah yang layak.

Kepala Seksi Statistik Sosial BPS Kabupaten Beltim, Apri Astiningsih menekankan jika tingkat kemiskinan tidak sejalan dengan tingkat pengangguran. Mengingat yang dianggap bekerja bukan hanya yang menghasilkan gaji atau upah tapi juga yang membantu memberikan penghasilan.

“Contohnya pekerja keluarga, yakni anak-anak yang membantu orang tuanya untuk bekerja. Mereka juga kita anggap bekerja, walau mereka hanya sekedar jaga toko,” terang Apri.

Selain itu faktor pekerja musiman juga dianggap penyumbang besar TPT. Di mana seseorang yang bekerja meski belum memiliki hasil tetap dianggap sudah bekerja.

“Kalau untuk pekerja perkebunan tahunan seperti buruh tani, masa panennya kan lama untuk menghasilkannya, namun dia tetap dianggap bekerja. Itulah kenapa banyak fenomena lain yang jadi tolak ukur,” ujar Apri.

Kepala BPS Kabupaten Beltim, Oktarizal menambahkan angka kemiskinan yang diperoleh dari Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada Maret 2018 sedangkan Sakernas pada Agustus 2018. Jika dilihat dari indikator pertumbuhan ekonomi 2017 memang meningkat tapi untuk sektor-sektor padat modal, namun untuk sektor yang banyak orang miskin bekerja malah melambat bahkan negatif pertumbuhannya.           


“Ditambah lagi pada Juli 2017 kita banjir besar, banyak tanaman yang rusak serta tambang-tambang yang belum beroperasi sehingga pengangguran Agustus 2017 meningkat,” tukas Okta. (*/als)