Ticker

6/recent/ticker-posts

SALIM YAH USULKAN BUDAYA BELITONG MENJADI MUATAN LOKAL DI SEKOLAH


 
Gambar : Salim YAH (Budayawan Belitong)
                  saat mengikuti acara sosialisasi Perda


Manggar, SX – 

Kurangnya pengetahuan dan kecintaan generasi muda mengenai adat istiadat, budaya, sejarah, serta bahasa Belitong tak lepas dari tanggung jawab Pemerintah Daerah. 

Pengenalan dan pembelajaran melayu Belitong seharusnya diberikan kepada generasi muda lewat jalur formal pada mata pelajaran muatan lokal di sekolah. Jika ini dilakukan kecintaan dan kelestarian kearifan lokal Melayu Belitong akan terus terjaga dari generasi ke generasi.
          
Budayawan Belitong, Salim YAH mengatakan kurang pahamnya generasi muda terhadap budaya Belitong lebih karena mereka tidak pernah diajarkan atau kurangnya pengajaran mengenai budaya Belitong itu sendiri. Tak mengherankan bila nantinya adat istidat melayu Belitong dilupakan di tanah sendiri.
          
“Bukan salah siapa-siapa, salah kita sendiri lah. Jika anak-anak kita tidak mengenal siapa pahlawan dari Belitong, dak bisa berbicara Bahasa Melayu Belitong, atau dak paham tentang kearifan lokal yang ada. Gimana mau cinta dengan daerah sendiri jika dak tau,” kata Salim seusai Sosialisasi Perda Rumah, Pakaian Adat dan Pengantin Belitong, di Serba Guna Kecamatan Kelapa Kampit, Rabu (6/4) lalu. 
   
Ia juga menyarankan jika benar-benar Pemerintah Daerah baik Kabupaten Belitung maupun Kabupaten Belitung Timur, serius ingin melestarikan budaya Belitong, seharusnya mulailah memasukkan sejarah, bahasa, adat istiadat, serta segala sesuatu yang berhubungan dengan Belitong dalam pelajaran muatan lokal. Muatan lokal ini nantinya diajarkan di sekolah baik di tingkat SD, SMP, dan SMA.

“Masak kita cuman tahu perang Diponogoro di Jawa atau Perang Puputan di Bali, sementara perjuangan di Belitong sendiri dak tau, kayak di Manggar, Tanjungpandan, atau Air Seru. Nah akan lebih baik jika mereka diajarkan di bangku sekolah, misalnya SD muatan lokalnya tentang bahasa dan budaya Belitong, SMP tentang sejarah dan keseniaannya, SMA tentang kearifan lokal dan adat istiadatnya,” jelas Salim.

Ia mengungkapkan dirinya dan kawan-kawan pemerhati budaya Belitong sudah sering memberikan masukan agar Budaya Belitong diajarkan di sekolah. 

Tidaklah beralasan jika Dinas Pendidikan atau Kebudayaan enggan memasukkan hanya karena kurang bahan ajaran atau sulit untuk diajarkan.  

“Sejarah Belitong itu bisa digali, SDM guru-guru pengajar bisa diberikan pelatihan, buku-buku tentang Belitong juga sudah cukup banyak. Jadi semuanya tergantung kita, ada apa tidak niat untuk melestarikan Belitong yang kita cintai ini,” ujarnya.

Menanggapi usulan tersebut,Kepala Bidang Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan Kabupaten Beltim, Lindawati Theodore kepada Humas Beltim, Jum’at (8/4), mengungkapkan masukan untuk menjadikan Budaya Belitong jadi muatan lokal bisa saja dilakukan. Bahkan Ia mengungkapkan beberapa daerah di Indonesia sudah lama melakukan hal tersebut.

Gambar : Lindawati Theodore
“Kalau dimasukkan dalam muatan lokal bisa saja. Itu kan termasuk bahasa daerah, sama kayak daerah-daerah lain kayak Jawa, Sunda dan lain-lain. Kalau untuk pelestarian budaya daerah bisa ditambahkan ke dalam kurikulum sekolah,” jelas Linda.

Ia mengatakan Dinas Pendidikan siap-siap saja jika wacana itu diaplikasikan ke anak didik. Hanya saja Ia menekankan harus ada aturan hukum di daerah yang menyatakan bahwa budaya atau bahasa daerah harus diajarkan di sekolah.

“Jika ingin menambahkan itu harus ada pengesahan dari Pemerintah Daerah, Bupati dan DPRD, minimal dalam bentuk Peraturan Bupati. Misalnya dalam Perda adat isitiadat atau Bahasa Belitong harus ada pernyataan bahwa perlu budaya Belitong perlu dipelajari lebih dalam pada pendidikan yang ada di sekolah,” kata Linda.

Lebih lanjut ia mengungkapkan jika jadi dilaksanakan maka kendala yang ada tinggal dari SDM, ataupun tenaga pendidik di sekolah. Mengingat muatan lokal Belitong harus diajarkan oleh guru yang benar-benar paham tentang Belitong.

“Kalau susah mungkin tidak terlalu, hanya saja sumber daya para guru pengajarnya benar-benar harus yang mengusai tentang Belitong, bahasanya, kebudayaannya, kesenian dan lain-lainnya. Terus juga bahasa yang dipakai harus Belitong juga, jangan sampai nanti dicampur-campur,” ujarnya. (@2!-Humas)